Friday, October 24, 2008

8 KEBOHONGAN SEORANG IBU

Ini hanyalah sebuah renungan kecil tentang kasih sayang seorangibu..silahkan dibaca baek-baek... .

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anaklaki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinyauntukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:"Makanlah nak, Ibu tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktusenggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dariikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untukpetumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar danmengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk disampingkudan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakanbekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hatijuga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku.Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata:"Makanlah Nak, Ibu tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANGKEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah kakakku, ibu pergi kekoperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel. Dari hasiltempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Dikala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masihbertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannyamenempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu tidurlah, sudah malam, besokpagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata:"Cepatlah tidur nak, Ibu tidak Capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergiujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, Ibu yangtegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam.Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengansegera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yangdingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasihsayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segeramemberikan gelasku untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata:"Minumlah nak, Ibu tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap Sebagaiayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, Dia harusmembiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kami pun semakin susahdan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat Kondisi keluarga yangsemakin parah, Ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekatrumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetanggayang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara,seringkali menasehati ibuku untuk Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keraskepala tidak mengindahkan nasehat mereka, Ibu berkata:"Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku dan kakakku semuanya bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunyapensiun. Tetapi ibu tidak mau , Ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagiuntuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku yangbekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhikebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang Tersebut.Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata:"Ibu masih punya uang" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudianMemperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika. Berkatsebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaanitu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untukmenikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak maumerepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku"Ibu tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit Kanker Lambung,harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang SamuderaAtlantik langsung segera pulang untuk menjenguk Ibunda tercinta. Aku melihatibu yang terbaring lemah di ranjangnya Setelah menjalani operasi. Ibu yangkeliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyumyang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menggerogoti tubuh ibuku sehinggaibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambilberlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisiseperti Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata:"Jangan menangis anakku, Ibu tidak sakit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANGKEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutupmatanya untuk yang terakhir kalinya.Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasatersentuh dan ingin sekali mengucapkan : "Terima kasih Ibu"

Coba dipikir-pikir, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita?Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincangdengan ayah ibu kita?Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyaiberibu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacarkita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah diasudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum?Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum?Apakah ini benar?Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita,lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Friday, August 22, 2008

Khutbah Monumental Rasulullah SAW menjelang Tibanya Bulan Ramadhan

Wahai manusia! sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah yang membawa berkah, rahmat, dan maghfirah, bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama, malam-malam di bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama, jam demi jamnya adalah jam yang paling utama.

Inilah bulan yang ketika engkau diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Pada bulan ini napasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doa diijabah. Bermohonlah kepada Allah, Rabb-mu dengan hati yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.

Kenanglah rasa lapar dan hausmu sebagaimana kelaparan dan kehausan pada hari Kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orangtuamu. Sayangilah yang muda. Sambungkanlah tali persaudaraan. Jaga lidahmu.Tahan pandangan dari apa yang tidak halal kamu memandangnya. Dan tahan pula pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.

Kasihinilah anak-anak yatim, niscaya anak-anak yatim akan dikasihini manusia. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa di waktu salatmu karena saat itulah saat yang paling utama ketika Allah Azza Wajalla memandang hamba-hamba-Nya,Dia menyambut ketika mereka memanggil-Nya, dan Dia mengabulkan doa-doa ketika mereka bermunajat kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri kalian tergadai karena amal-amal kalian, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah, Allah Swt. bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang bersujud, tidak mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbul'alamin.

Wahai manusia! Barangsiapa di antaramu memberi makan untuk berbuka kepada kaum mukmin yang melaksanakan shaum di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. Para sahabat bertanya, "Kami semua tidak akan mampu berbuat demikian". Lalu Rasulullah melanjutkan khutbahnya. Jagalah diri kalian dari api neraka walau hanya dengan setitik air.

Wahai manusia! Barangsiapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, dia akan berhasil melewati shiraatalmustaqiim, pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Barangsiapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya dan membantunya di bulan ini, maka Allah akan meringankan pemeriksaannya di hari Kiamat.

Barangsiapa yang menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa yang memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya di hari berjumpa dengan-Nya, dan barangsiapa yang menyambungkan tali silaturahmi di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Dan barangsiapa yang memutuskan silaturahmi di bulan ini, Allah akan memutuskan dia dari rahmat-Nya.

Siapa yang melakukan salat sunat di bulan Ramadhan, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa yang melakukan salat fardu, baginya ganjaran seperti 70 salat fardu di bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu mereka tertutup maka mohonkanlah kepada Rabb-mu agar tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar mereka tidak pernah lagi menguasaimu.

Lalu Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib berdiri dan berkata: "Ya Rasulullah, amal apa yang paling utama di bulan ini". Rasul yang mulia menjawab: "Ya Abul Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah Swt."

(Khutbah ini diriwayatkan Imam Ali R.A)

Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana - Semoga bermanfaat

Monday, August 04, 2008

Renungan - AKHIR YANG BERBEDA

Dari Seorang Sahabat

Bahan Renungan Untuk Anda, Sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja...
Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini...

Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah
lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tau kapan kedatangannya.
Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan.Tahukah kita kapan
kematian akan menjemput kita???

berikanlah waktu anda dan bacalah sampai habis, semoga dapat menjadikan
hikmah buat kita semua dan sadar, bahwa kita akan mati dan tinggal
menunggu waktunya,

semoga kita termasuk dalam orang-orang yang khusnul khotimah....amien....


Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku
dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang
dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam
shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama,
apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.

Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri :

"Alangkah sabarnya mereka...setiap hari begitu...benar- benar
mengherankan!

"Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah
shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk
munajat kepada Allah.

Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang
matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat
selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari
pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku.

Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung
beban sebagai orang terasing.

Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an. Tak ada lagi
suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup
sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku
ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol.. Di samping menjaga
keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan
semangat dan dedikasi tinggi.

Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan
sering melamun sendirian .. banyak waktu luang ... pengetahuanku
terbatas.

Aku mulai jenuh .. tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku
sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan
orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain.

Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah
peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan.

Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos
jalan.

Kami asyik ngobrol ... tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan
yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil
bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan.
Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban.
Kejadian yang sungguh tragis.

Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya
segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami
cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas
dengan amat mengerikan.

Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma.
Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah
"Laailaaha Illallaah .. Laailaaha Illallaah .." perintah temanku.
Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu.
Keadaan itu membuatku merinding.

Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat ...

Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku
tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah
menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti
ini.

Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat.

Tetapi .... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.

Tak ada gunanya .. Suara lagunya terdengar semakin melemah .... lemah
dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang
kedua.

Tak ada gerak ... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa
mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.

Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening...

Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara.Ia berbicara tentang hakikat
kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk).

Ia berkata "Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..

Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya
selama di dunia.

"Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang
diriwayatkan dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaimana
seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara
lahir batin.

Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang
kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa
kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa
ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat
khusyu' sekali.

Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali
pada kebiasaanku semula .. Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang
menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi
sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya
lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala.

Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua
orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan !.

Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu .... sebuah kejadian
menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai
mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah
terowongan menuju kota . Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang
kempes. Ketika ia berdiri dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep,
tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah
belakang. Lelaki itupun langsung tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama
cepat-cepat menuju tempat kejadian.

Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit
agar langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya
begitu bersih.Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik,
sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika
kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang
keluar dari mulutnya.

Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ... dengan suara amat lemah.

"Subhanallah ! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ? Darah mengguyur seluruh
pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi
seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan suaranya
yang merdu.

Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur'an seindah itu.
Dalam batin aku bergumam sendirian "Aku akan menuntunnya membaca
syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu ... apalagi
aku sudah punya pengalaman." aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan
kawanku seperti terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur'an yang
merdu itu.

Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke
setiap rongga. Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang.

Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya
terkulai, aku melompat ke belakang.

Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa.
Dia telah meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku
menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku.

Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak
kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus
menangis air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul
sangat mengharukan. .Sampai di rumah sakit .....Kepada orang-orang di
sana , kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa
menjelang kematiannya yang menakjubkan.

Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit
yang meneteskan air mata.

Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri
jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk
tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan
dishalatkan. . Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada
jenazah. Semua ingin ikut menyolatinya.

Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut
mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya. .

Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya
almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia
lakukan setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda,
anak yatim dan orang-orang miskin.

Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula,
buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa
membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk
dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dia santuni. Bahkan juga membawa
permen untuk dibagikan kepada anak-anak kecil.

Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada
satu harap, semoga kita menjadi penghuni surga. Biarlah dunia jadi
kenangan, juga langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan
pertaubatan.

Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan
amal-amal yang nyata : "memperbaiki diri dan mengajak orang lain "

Allah Swt berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang
siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan. " (QS. Al-Imran:185)

Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabdanya, "Barangsiapa yang
lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya."

Saudaraku, siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita
menemui tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah
SWT.

Orang yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian
dalam waktu-waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan
untuk menghadapinya.

Note : amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang
terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat.

Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau
tidak menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau
mungkin hidup lima puluh tahun lagi, Kemudian engkau menyuruh dirimu
berbuat taat, sudah pasti dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia
akan menolak dan merasa berat untuk mengerjakan ketaatan.

Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku
seiman pada umumnya.

Orang Cerdas Adalah Orang Yang Mengingat Akan Kematian,


INFORMASI PENERBANGAN GRATIS
AL-JENAZAH AIRLINES, LAYANAN PENUH 24 JAM

Bila kita akan 'berangkat" dari alam ini, ia ibarat penerbangan ke sebuah negara.
Dimana informasi tentangnya tidak terdapat dalam brosur penerbangan,
tetapi melalui Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Di mana penerbangan bukannya dengan Garuda Airlines, Singapore Airlines,
atau US Airlines, tetapi Al-Jenazah Airlines.

Di mana bekal kita bukan lagi tas seberat 23Kg, tetapi amalan yang tak
lebih dan tak kurang.
Di mana bajunya bukan lagi Pierre Cardin, atau setaraf dengannya, akan
tetapi kain kafan putih.
Di mana pewanginya bukan Channel atau Polo, tetapi air biasa yang suci.
Di mana passport kita bukan Indonesia , British atau American, tetapi Al-Islam.
Di mana visa kita bukan lagi sekedar 6 bulan, tetapi 'Laailaahaillallah'
Di mana pelayannya bukan pramugari jelita, tetapi Izrail dan lain-lain.
Di mana servisnya bukan lagi kelas business atau ekonomi, tetapi sekedar
kain yang diwangikan.
Di mana tujuan mendarat bukannya Bandara Cengkareng, Heathrow Airport
atau Jeddah International, tetapi tanah pekuburan.
Di mana ruang menunggunya bukan lagi ruangan ber AC dan permadani,
tetapi ruang 2x1 meter, gelap gulita.
Di mana pegawai imigrasi adalah Munkar dan Nakir, mereka hanya memeriksa
apakah kita layak ke tujuan yang diidamkan.
Di mana tidak perlu satpam dan alat detector.
Di mana lapangan terbang transitnya adalah Al Barzah
Di mana tujuan terakhir apakah Syurga yang mengalir sungai di bawahnya
atau Neraka Jahannam.
Penerbangan ini tidak akan dibajak atau dibom, karena itu tak perlu bimbang.
Sajian tidak akan disediakan, oleh karena itu tidak perlu merisaukan
masalah alergi atau halal haram makanan.
Jangan risaukan cancel pembatalan, penerbangan ini senantiasa tepat
waktunya, ia berangkat dan tiba tepat pada masanya.

Jangan pikirkan tentang hiburan dalam penerbangan, karena anda telah
hilang selera bersuka ria.
Jangan bimbang tentang pembelian tiket, karena tiket telah siap di
booking sejak ruh anda ditiupkan di dalam rahim ibu.

YA!BERITA BAIK!! Jangan bimbangkan siapa yang duduk di sebelah anda.
Anda adalah satu-satunya penumpang penerbangan ini.
Oleh karena itu bergembiralah selagi bisa! Dan sekiranya anda bisa!
Hanya ingat! Penerbangan ini datang tanpa 'Pemberitahuan' .
Cuma perlu ingat!! Nama anda telah tertulis dalam tiket untuk Penerbangan. ...
Saat penerbangan anda berangkat... tanpa doa Bismillahi Tawakkaltu
'Alallah, atau ungkapan selamat jalan.
Tetapi Inalillahi Wa Inna ilaihi Rajiuun....
Anda berangkat pulang ke Rahmatullah. Mati.

ADAKAH KITA TELAH SIAP UNTUK BERANGKAT?
'Orang yang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. Karena dengan
kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk
menghadapinya. '

ASTAGHFIRULLAH, semoga ALLAH SWT mengampuni kita beserta keluarga...

Amiin

WALLAHU A'LAM

Catatan:
Penerbangan ini berlaku untuk segala umur... tanpa kecuali, maka
perbekalan lebih baik dipersiapkan sejak dini..... sangat tidak bijak
dan tidak cerdas bagi yang menunda-nunda mempersiapkan perbekalannya.

SUARA YANG DIDENGAR MAYAT
Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga hal yaitu:
1. Keluarga
2. Hartanya
3. Amalnya

Ada Dua Yang Kembali Dan Satu akan Tinggal Bersamanya yaitu;
1. Keluarga dan Hartanya Akan Kembali
2. Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.


Maka ketika Roh Meninggalkan Jasad...Terdengarla h Suara Dari Langit
Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia, Atau Dunia Yang Meninggalkanmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Harta Kekayaan, Atau Kekayaan Yang Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia, Atau Dunia Yang Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia, Atau Dunia Yang Telah Menguburmu."
Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan.. . ..Terdengar Dari Langit
Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat, Mengapa Kini Te rkulai Lemah
Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih, Mengapa Kini Bungkam Tak Bersuara
Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar, Mengapa Kini Tuli Dari Seribu Bahasa
Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia, Mengapa Kini Raib Tak Bersuara"

Ketika Mayat Siap Dikafan... Suara Dari Langit Terdengar Memekik,"Wahai
Fulan Anak Si Fulan
Berbahagialah Apabila Kau Bersahabat Dengan Ridha
Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan Nun Jauh Tanpa Bekal
Kau Telah Keluar Dari Rumahmu Dan Tidak Akan Kembali Selamanya
Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan."

Ketika Mayat Diusung. .. Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai
Fulan Anak Si Fulan..
Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan
Berbahagialah Apabila Matimu Diawali Tobat
Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat."

Ketika Mayat Siap Dishalatkan. ...Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di Akhirat
Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik
Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika MayatDibaringkan Di Liang Lahat....terdengar Suara Memekik Dari
Langit,"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas Di Dunia Untuk
Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita Di Sini Wahai Fulan Anak Si Fulan....
Dahulu Kau Tertawa, Kini Dalam Perutku Kau Menangis
Dahulu Kau Bergembira,Kini Dalam Perutku Kau Berduka
Dahulu Kau Bertutur Kata, Kini Dalam Perutku Kau Bungkam Seribu Bahasa."

Ketika SemuaManusia Meninggalkannya Sendirian... .Allah Berkata
Kepadanya, "Wahai Hamba-Ku.... .
Kini Kau Tinggal Seorang Diri
Tiada Teman Dan Tiada Kerabat
Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap..
Mereka Pergi Meninggalkanmu. . Seorang Diri
Padahal, Karena Mereka Kau Pernah Langgar Perintahku
Hari Ini,....
Akan Kutunjukan Kepadamu
Kasih Sayang-Ku
Yang Akan Takjub Seisi Alam
Aku Akan Menyayangimu
Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya".

Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman, "Wahai Jiwa Yang Tenang
Kembalilah Kepada Tuhanmu
Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya
Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba- Ku
Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku"

Rasulullah SAW. menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat mati (maut)
dan dalam sebuah hadithnya yang lain, belau bersabda "wakafa bi almauti
wa'idha", artinya, cukuplah mati itu akan menjadi pelajaran bagimu!

Semoga bermanfaat bagi kita semua, Amiin.....



Jazakumullah khairan katsiran

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Friday, July 11, 2008

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA


M. Taufiq Ismail



Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Baykampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini



II

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

III

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,



Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,

Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.


IV

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

Thursday, July 03, 2008

Adakah yang Akan Mendoakan Kita?

Seorang Pejabat sukses yang jatuh di kamar mandi, akhirnya stroke. Selama 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Dia mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampirinya.


Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat
Kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku
Tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . " katanya, tunggu dlm 1 jam.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya, Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 Orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau berdoa buat kesembuhanmu".

Tanpa menunggu reaksi, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV, siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, dan 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka".

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan Kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"

Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, dg do’a sbb: " Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".

Mengalir di pipi Pejabat ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Dengan setengah bergumam dia bertanya,"Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, " Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah".
si Pejabat tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,"Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00".

Dengan terheran dia tidak percaya, dan bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu, yaitu Panti Asuhan, yg pernah kau sumbang untuk popularitasmu .
"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang Pejabat terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. "

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain..!!!!!.
Sebaliknya berusaha berbuat baik buat orang lain.

Monday, June 16, 2008

Mana Mungkin Masuk Surga Tanpa Kerja Keras

Ada sedikit kisah dari ust. Amir Faishol...mudah-mudahan bisa kita ambil manfaatnya.

Suatu ketika ada ahli ibadah yang sangat tawadhu, setiap sholat beliau selalu berjamaah, dan selalu dapat takhbiratul ikhram bersamaan dengan imam. Suatu waktu beliau tidur kemalaman, dan sangat letih, sehingga sedikit terlambat bangun waktu subuh... Cepat-cepat ahli ibadah ini bangun dan berwudhu kemudian bergegas ke mushalla, sayang sekali, beliau tidak dapat takbiratul ikhram tapi imam sudah membaca ayat alquran.

Ahli ibadah tersebut sangat menyesal sekali, sehingga ia terus beristighfar sampai dzuhur, setelah dzuhur lanjut sampai ashar, setelah ashar, sampai maghrib sampai isya, kemudia terus sampai subuh berikutnya.

Keesokan harinya timbulah kejadian aneh, setiap sebelum subuh selalu terdengar ketukan dipintu rumahnya, hingga dia bangun, karena merasa belum ada janji, ia tidak hiraukan, namun kejadian itu berulang setiap hari, sehingga ia penasaran dan ingin menyelidiki , siapa yang mengetuk pintu rumahnya.

Keesokan harinya ahli ibada ini sudah siap di balik pintu, begitu terdengar ketukan, cepat-cepat ia buka dan langsung tangkap ....syretttt... tertangkaplah orang tersebut.... yang ternyata adalah iblis. Terjadilah dialog....

ahli ibadah : " Loh kamu kan iblis, ngapain kamu bangunkan saya subuh-subuh, bukankah kami adalah musuhmu.

iblis : " betul aku musuhmu dan kamu adalah musuhku dan aku membangunkanmu untuk sholat subuh..

ahli ibadah : " untuk apa kamu bangunkan aku untuk sholat subuh ?

iblis : (mungkin karena udah ketangkep, jadi jujur iblisnya) aku membangunkan kau shalat subuh, karena kalau kau bangun tepat waktu, kau hanya ingat Tuhan mu pada waktu-waktu shalat saja, sedangkan kalau kau bangun terlambat, kau ingat Tuhan mu 24 jam.

Sampai demikian kerja kerasnya iblis, Dia tidak akan pernah ikhlash kita berbuat baik... padahal sudah jelas bahwa iblis akan masuk neraka..nah mana mungkin kita dapat masuk surga tanpa kerja keras.

Tuesday, June 10, 2008

Kabar Dari TDA

Assalamualaikum,

Sedulur sekalian, ada kabar baru dari komunitas TDA. Berikut sharingnya;

Susunan Pengurus Komunitas Bisnis Tangan Di Atas 2008 - 2010*

Yayasan Tangan Di Atas (Dewan Pendiri TDA)

Dewan Penasehat TDA:
  1. Nuzli Arismal (Ketua)
  2. Erie Sudewo, Zainal Abidin (Institut Kemandirian)
  3. Nukman Luthfie (Virtual Consulting)
  4. Valentino Dinsi
  5. John Idris (Swalayan Tip Top)
  6. Hanawijaya (Direktur Bank Syariah Mandiri)
  7. Tung Desem Waringin
  8. Prijono Nugroho (ActionCOACH).

Badan Musyawarah TDA
  1. Badroni Yuzirman (Ketua)
  2. Hertanto Widodo
  3. Iim Rusyamsi
  4. Agus Ali Sardjono
  5. AR. Hantiar
  6. Hasan Basri
  7. Yulia Astuti

Komisi Etika
  1. Aning Harmanto
  2. Mohamad Rosihan
  3. Fauzi Rachmanto

Audit Internal
  1. Ikhwan Sopa
  2. Imansyah Sutrisno

Direktur TDA: Iim Rusyamsi

Wakil Direktur I (membawahi TDA Mastermind, TDA Wilayah, TDA Finance):
Hertanto Widodo

- TDA Mastermind: Hikmanul Hakim
- TDA Wilayah: Isdiyanto
- TDA Finance: Andri Irwan

Wakil Direktur II (membawahi TDA Focus Group Interest, TDA Portal): Agus Ali
Sardjono

- TDA Focus Group Interest: Mohamad Rosihan
  • TDA Saham: Adzan Wahyu
  • TDA Agro: Ina Sutan
  • TDA Garment: Hadi Kuntoro
  • TDA IT: Ali Akbar
  • TDA Properti: Tatang Sulaeman
  • TDA Internet Marketing: Muslih
- TDA Portal: Wahyu Hidayat

Wakil Direktur III (membawahi kesekretariatan dan membership, manajemen
mailing list, keuangan): Hasan Basri

- Kesekretariatan dan membership: Eko Junaedi
- Manajemen mailing list: Tosi Risman
- Keuangan: Faif Yusuf, Sri Khurniatun

Wakil Direktur IV (membawahi PR & Networking, Legal & Advokasi, TDA Sosial):
AR. Hantiar

- PR & Networking: Irwan Rahman
- Legal & Advokasi: Murti Darmawanto
- TDA Sosial: Asep Triono
  • TDA Peduli: Adang Hidayat
  • TDA Qolbun Salim: Aswin Nur

Wakil Direktur V (membawahi TDA Business Re-education, TDA Event Organizer):
Yulia Astuti

- TDA Business Re-education: Fauzi Rachmanto
  • Seminar, Pelatihan: Try Atmojo
  • Online Business Conference: Jonru
- TDA Event Organizer: Dwi Wahyono & tim TDA EO

Ditetapkan di Jakarta, 6 Juni 2008

Visi:
Membentuk pengusaha-pengusaha tangguh dan sukses yang memiliki
kontribusi positif bagi peradaban.

Misi:

  • Menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan
  • Membentuk 10.000 pengusaha miliader yang tangguh dan sukses sampai tahun 2018
  • Menciptakan sinerji diantara sesama anggota & antara anggota dengan pihak lain, berlandaskan prinsip *high trust community*
  • Menumbuhkan jiwa sosial & berbagi di antara anggota
  • Menciptakan pusat sumber daya bisnis berbasis teknologi

Lima Nilai TDA:

  • Silaturahim (Saling mendukung, Sinergi, Komunikasi, Kerja sama, Berbaik sangka, Team work, Sukses bersama)
  • Integritas (*Kejujuran, Transparansi, Amanah, Win-win, Komitmen, Tanggungjawab, Adil)
  • Berpikiran Terbuka (Continuous learning, Continuous improvement, Kreatif, Inovatif)
  • Berorientasi Tindakan (*Semangat solutif, Konsisten, Persisten, Berpikir dan bertindak positif, Give and take, mindset keberlimpahan)
  • Fun (menjaga keseimbangan dalam hidup)

Thursday, May 29, 2008

Penyumbat Saluran Rezeki

Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.

Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?

Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.

Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3.

Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.

Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.

Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.

Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin.
( KH Abdullah Gymnastiar )

Friday, May 16, 2008

Tuhan Sembilan Senti

Tuhan Sembilan Senti
Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang
bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin
paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap
tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh
itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al
hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang
kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati
karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara
kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada
tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Wednesday, May 14, 2008

4 Orang Istri

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri.

Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini.

Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.

Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian. Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sangsuami. Akan tetapi, sang pedagang, tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati. “Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri.”

Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya. “Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati, maukah kau mendampingiku dan menemaniku? Ia terdiam. “Tentu saja tidak, “jawab istri keempat, dan pergi begitu
saja tanpa berkata-kata lagi.

Jawaban itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya.

Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga. “Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku? Istrinya menjawab, Hidup begitu indah disini. Aku akan
menikah lagi jika kau mati. Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.

Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. “Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku? Sang istri menjawab pelan. “Maafkan aku,” ujarnya “Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu. Jawaban itu seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara. “Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, “Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini, istriku.”

Renungan :

Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini.
Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya.

Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman. Seberapapun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya.
Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.

Dan, teman, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita. Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal belakangan.

Wednesday, April 30, 2008

Attitude

Ada 6 kebiasaan orang-orang yang paling tidak efektif:

Kehilangan sikap.
Orang-orang biasanya mendapatkan apa yang mereka harapkan dari hidup mereka. Harapkan yang terburuk, dan itulah yang akan Anda peroleh.

Action = Harapkan yang Terbaik = Dapat yang Terbaik
“Think the Positive, See the Positive, Hear the Positive Do the Positive è Will Get the Positive”
– C.A. Chan Lee Sean

Berhenti berkembang.
Orang-orang adalah apa mereka adanya, dan ke mana mereka menuju disebabkan oleh apa yang ada di dalam pikiran mereka.

Action = “Change”= Berubah
“Thinking = Action = Habit = Attitude = Character = Destiny”
- C.A. Chan Lee Sean


Tidak memiliki rencana dalam hidup.
Sebagaimana yang dikatakan oleh William Feather, penulis dari The Business of Life,"Ada dua jenis kegagalan: orang yang mempunyai rencana tanpa bertindak apa-apa, dan orang yang bertindak tanpa rencana apa-apa."

Action = Daily Plan, Weekly Plan, Monthly Plan, Annual Plan, Decade Plan.
“If you fail to Plan, you are planning your failure”
– Benjamin Franklin

Tidak bersedia berubah.
Beberapa orang memilih lebih baik berpegangan pada apa yang mereka benci daripada memeluk apa yang mungkin lebih baik karena mereka takut memperoleh sesuatu yang lebih buruk.

“If you Change your Thinking, you change your life”
- John Maxwell

Gagal dalam berhubungan dengan orang lain.
Orang-orang yang tidak dapat bergaul dengan orang lain mungkin tidak akan pernah bergerak maju dalam hidupnya.

Success is about Human Relation, if People like your personality, they will love what you share”
– Dale Carnegie

Tidak mau membayar harga kesuksesan.
Jalan menuju sukses selalu menanjak. Setiap orang yang ingin memperoleh, harus mengorbankan banyak.
“Success is a Journey, not a desination, and it takes Time”
-Unkwown

Penghargaan yang tertinggi untuk pekerjaan Anda bukanlah apa yang Anda dapat karenanya, tapi siapakah Anda jadinya olehnya.
Success is not just about money, but it’s about Life, If you can influence other peoples dare to think more, and then they dare to do more, and then they get more,you are a good Leader”.

Kehilangan sikap. Orang-orang biasanya mendapatkan apa yang mereka harapkan dari hidup mereka. Harapkan yang terburuk, dan itulah yang akan Anda peroleh.
Attitude is the difference maker. Attitude isn’t everything, but it is one thing that can make the difference in your life.

Businessman, philanthropist, and author W. Clement Stone stated, “There is little difference in people, but the little difference makes a big difference. The little difference is attitude. The big difference is whether it is positive or negative.”

Attitude is the difference maker in your life. About how to deal with the Big Five Attitude Obstacles everybody faces:
discouragement,change,problems,fear,and failure.

If you’re like most people, you have to deal with at least one of the issues every single day!
Let’s take this journey together by first looking at some basics about attitude.

What Is Attitude?

What is an attitude, anyway? When you hear the word, what do you think about? I think of an attitude as an inward feeling expressed by outward behavior. People always project on the outside what they feel on the inside. Some people try to mask their attitude, and they can fool others for a while. But that cover-up doesn’t last long. Attitude always wiggles its way out.

Your attitude colors every aspect of your life. It is like the mind’s paintbrush. It can paint everything in bright, vibrant colors-creating a masterpiece.

Or it can make everything dark and dreary.

Attitude is so pervasive and important that I’ve come to think of it like this:

It is the vanguard of your true self.
Its root is inward but its fruit is outward.
It is your best friend or your worst enemy.
It is more honest and consistent about you than your words.
It is your outward look based on your past experiences.
It is what draws people to you or repels them.
It is never content until it is expressed.
It is the librarian of your past.
It is the speaker of your present.
It is the prophet of your future.

There is not a single part of your current life that is not affected by your attitude. And your future will definitely be influenced by the attitude you carry with you from today forward.

“If you Change your Thinking, you Change your Life”
- John Maxwell

Friday, April 18, 2008

Sarjana Utama, Pendekar, Empu

Sarjana Utama, Pendekar, Empu

Jika seseorang berhasil mencapai watak perwira, atau jika seorang perwira sukses mempertahankan kesejatian keprajuritannya, ia adalah Sarjana Kehidupan.

Jika prajurit yang perwira diuji digembleng dihajar oleh pengalaman-pengalaman khusus, sehingga ia layak berada di dalam barisan Pasukan Khusus: ia adalah Sarjana Utama Kehidupan. Ia seorang Doktor Pengalaman.

Kesarjanaan dan ke-Doktor-annya tidak terlalu substansial kaitannya dengan pangkat, terlebih lagi dengan jabatan. Kesarjanaan Prajurit dengan keperwiraannya bukan suatu benda yang menempel di badan atau pakaiannya, bukan pula ditandakan oleh kursi yang didudukinya: melainkan watak, karakter, jiwa, yang sudah menyatu dengan aliran darahnya, denyut nadinya, tarikan nafasnya, ekspresi wajah dan sorot matanya, serta dengan seluruh tata nilai dan pola perilaku kehidupannya.

Jika seorang Prajurit dengan kadar keperwiraannya diletakkan pada suatu tingkat kepangkatan, maka pangkat itu tidak menambah kesejatian keprajuritan serta keperwiraannya, melainkan pangkat itu menguji keprajuritan dan keperwiraannya.

Jika seorang Prajurit dengan wibawa keperwiraannya dijunjung di atas kursi jabatan, maka jabatan itu tidak punya potensi untuk membuat keprajuritan dan keperwiraannya menjadi lebih terpuji, karena justru jabatan adalah medan uji bagi keprajuritan dan keperwiraannya.

Maka seorang prajurit, seorang Perwira, yang adalah Sarjana Utama, Doktor, Empu Kehidupan: jika menempati suatu jabatan, ia tidak tergiur oleh jabatan itu, karena keprajuritan dan keperwiraan jauh lebih mahal dari jabatan setinggi apapun. Ia menjalankan tugas jabatannya tidak untuk membanggakannya, melainkan untuk membuktikan kesetiaan keprajuritannya dan kesejatian keperwiraannya bagi manfaat yang seluas-luasnya bagi bangsa, Negara dan masyarakatnya.

Jika seorang Prajurit dengan keperwiraannya memperoleh kesempatan hidup untuk memiliki kekayaan dan harta benda yang berlimpah, maka limpahan harta itu tidak menambah apapun atas kesejatian keprajuritan dan keperwiraannya, kecuali jika harta itu ia dayagunakan untuk keperluan-keperluan kemasyarakatan yang luas.

Maka kebanggaan Prajurit di dalam kehidupan bermasyarakat bukanlah pangkatnya, jabatan dan atau kekayaannya, melainkan bukti-bukti kesejatian keprajuritannya dan praktek-praktek keteguhan keperwiraannya.

--(Emha Ainun Nadjib/10 April 2008/PmBNetDok)

Tuesday, April 15, 2008

Haruskah Dibuat Sulit?

Matahari di padang pasir terasa membakar kulit. Hanya sesekali angin bertiup dan menerbangkan debu-debu yang memerihkan mata. Cukup membuat seorang pemuda kerepotan mengurangi samudra pasir yang membentang luas. Namun, hatinya agak tenang. Unta yang di tungganginya masih muda dan kuat. Ia berharap kendaraannya sanggup menempuh perjalanan yang jauh. Perbekalan yang dibawanya pun akan cukup membuatnya bertahan selama perjalanan. Masih separuh lagi perjalanan yang harus ditempuh pemuda itu. "Mudah-mudahan, aku selamat sampai Makkah. Dan, segera melihat Baitullah yang selama ini kurindukan," katanya penuh harap. Panggilan rukun Islam kelima itulah yang membulatkan tekadnya. Mengarungi padang pasir yang terik. Tiba-tiba, pemuda itu menatap tajam ke arah seseorang yang tengah berjalan sendirian di padang pasir. Kenapa orang itu berjalan sendiri di tempat seperti ini? Tanya pemuda itu dalam hati. Sungguh mengundang bahaya. Pemuda tersebut menghentikan untanya di dekat orang itu. Ternyata, ia seseorang lelaki tua yang berjalan terseok-seok di bawah terik matahari. Lalu, anak muda itu segera turun dari kendaraannya. "Wahai, Bapak Tua. Bapak mau pergi ke mana?" tanyanya ingin tahu. "Insya Allah, aku akan ke Baitullah," jawab orang tua itu dengan tenang. "Benarkah?!" anak muda itu terperanjat. Apa orang tua itu sudah tidak waras? Ke Baitullah dengan berjalan kaki?, ujarnya membatin. "Betul, nak, aku akan melaksanakan ibadah haji," kata lelaki tua itu pula. "Masya Allah, Baitullah itu jauh sekali dari sini. Bagaimana kalau bapak tersesat atau mati kelaparan? Lagi pula, semua orang yang kesana harus naik kendaraan. Kalau tidak naik unta, bisa naik kuda. Kalau berjalan kaki seperti bapak, kapan bapak bisa sampai ke sana?" pemuda itu tercenung.

Ia yang menunggang unta dan membawa perbekalan saja, masih merasa khawatir selama dalam perjalanan yang begitu jauh dan berbahaya. Siapapun tak akan sanggup menempuh perjalanan sejauh itu dengan berjalan kaki. Apa ia tidak salah bicara?. Atau memang orang tua itu sudah terganggu ingatannya?. "Aku juga berkendaraan, " kata lelaki tua itu mengejutkan. Si pemuda yakin kalau dari kejauhan tadi, ia melihat orang tua itu berjalan sendirian tanpa kendaraan apa pun. Tapi, Pak tua malah mengatakan dirinya memakai kendaraan. Orang ini benar-benar sudah tidak waras. Ia merasa memakai kendaraan, padahal aku lihat ia berjalan kaki..., pikir si pemuda geli. "Apa Bapak yakin kalau Bapak memakai kendaraan?" tanya pemuda itu menahan senyumnya. "Kau tidak melihat kendaraanku? " orang tua itu malah mengajukan pertanyaan yang membingungkan. Si pemuda, kini tak dapat lagi menyembunyikan kegeliannya. "Kalau begitu, apa kendaraan yang Bapak pakai?" tanyanya sambil tersenyum. Orang tua itu termenung beberapa saat. Pandangannya menyapu padang pasir yang luas. Dengan sabar, si pemuda menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut orang tua itu. Akankah ia mampu menjawab pertanyaan tadi?. "Kalau aku melewati jalan yang mudah, lurus, dan datar, kugunakan kendaraan bernama syukur. Jika aku melewati jalan yang sulit dan mendaki, kugunakan kendaraan bernama sabar," jawab orang tua itu tenang. Si pemuda ternganga dan tak berkedip mendengar kata-kata orang tua itu.

Tak sabar, pemuda itu ingin segera mendengar kalimat selanjutnya dari lelaki tua tersebut. "Jika takdir menimpa dan aku tidak sampai ke tujuan, kugunakan kendaraan ridha. Kalau aku tersesat atau menemui jalan buntu, kugunakan kendaraan tawakkal. Itulah kendaraanku menuju Baitullah," kata lelaki tua itu melanjutkan. Mendengar kata-kata tersebut, si pemuda merasa terpesona. Seolah melihat untaian mutiara yang memancar indah. Menyejukkan hati yang sedang gelisah, cemas, dan gundah. Perkataan orang tua itu amat meresap ke dalam jiwa anak muda tersebut. "Maukah Bapak naik kendaraanku? Kita dapat pergi ke Baitullah bersama-sama, " ajak si pemuda dengan sopan. Ia berharap akan mendengarkan untaian-untaian kalimat mutiara yang menyejukkan jiwa dari orang tua itu. "Terima kasih, Nak, Allah sudah menyediakan kendaraan untukku. Aku tak boleh menyia-nyiakannya. Dengan ikut menunggang kendaraanmu, aku akan menjadi orang yang selamanya bergantung kepadamu," sahut orang tua itu dengan bijak, seraya melanjutkan perjalanannya. Ternyata, orang tua itu adalah Ibrahim bin Adham, seorang ulama yang terkenal dengan kebijaksanaannya. (Disadur dari Kumpulan Kisah Teladan).

Kisah diatas mungkin bisa menjadi renungan kita manakala menghadapi kesulitan hidup. Tidak sedikit orang yang kerap mudah protes dan merasa susah menghadapi kenyataan. Setiap manusia apapun keyakinannya pasti akan dicukupi kebutuhannya, dan Allah SWT tidak pernah menghitung-hitung pemberian-Nya, namun ketika sebuah kegetiran hadir, tidak jarang mereka mengeluh, bahkan kadang merasa sebagai orang paling menderita di dunia. Mereka lupa bahwa kepahitan yang datang hanyalah sedikit dari banyak kenikmatan yang diperoleh. Kebanyakan manusia ingin bahwa hidupnya selalu dalam kondisi senang, kalau bisa sampai kematian menjemputnya. Tetapi apakah mungkin kondisi tersebut akan terjadi selama hidup seseorang?. Jawabnya, tentu tidak mungkin. Hidup manusia tidak linear, berjalan searah. Adakalanya pada suatu waktu ia merasa senang, namun pada kali lain akan merasa sebaliknya. Ada saat seseorang merasa bahagia mendapatkan buah keturunan misalnya, namun di waktu lain mengalami kehilangan anak tercintanya. Hari ini memperoleh sebuah mobil pribadi, mungkin beberapa waktu kemudian mobil tersebut hilang dibawa lari. Senyatanya tiada yang kekal dan abadi, semuanya datang silih berganti, sebagaimana malam berganti siang, dan siang berganti malam. "Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur." (QS. Al Furqaan, 25:62).

Bersyukur kala memperoleh kebaikan, bersabar saat keburukan tiba, ridha ketika takdir menghampiri, serta tawakal ketika segala ikhtiar telah dilakukan. Karena Allah SWT telah berfirman, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) . Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan." (QS. Al Anbyaa, 21:35). Itulah amalan yang seharusnya dilakukan oleh mereka yang pandai bersyukur. Bahkan ketika seseorang menghadapi harus kondisi yang tidak menyenangkan di sekitarnya, seperti antara lain; kemaksiatan merajalela, perilaku bathil terjadi disana-sini, satu kaum bertikai dengan golongan lain, yang kuat melumat yang lemah, hukum tidak berpihak pada keadilan, serta banyak lagi. Jika sikap seseorang tidak berubah, teguh pada pendirian dan keyakinan, maka itulah orang-orang yang faham dengan keimanannya. Allah SWT berfirman, "Katakanlah: "Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya)." (QS. Al An'aam, 6:65). Semoga saja sikap bijaksana dari seorang ulama diatas mengilhami kita untuk terus menjadi manusia yang senantiasa bersyukur, hidup tiada sempit dan tanpa harus merasa sulit. Hal itu sesuai anjuran Al Qur'an Nur Karim (QS. Az Zumar, 39:66) yang berbunyi, "Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". Amien (phi).

--Oleh : Redaktur PHI--

Wednesday, March 26, 2008

Refleksi Prie GS 25/03/08

Suatu Hari Ketika Ayat Ayat Cinta Ngetop Sekali (2)


Ayat Ayat Cinta yang ngetop, saya yang ikut repot, tepatnya sewot. Kesewotan itulah yang hendak saya ceritakan di tulisan ini seri pertama. Semua ini gara-gara saya mengenal dekat siapa penulisnya, Habiburrahman El Shirazy. Pertemanan kami sudah seperti saudara dan kami malah sedang merintis mendirikan pesantren bersama. Komentar pendek saya ada di dalam novelnya, dan pengantar panjang Kang Habib ada di novel terbaru saya : Ipung! Saya pasti bangga atas kedermawanan ini dan terbukti ia membawa banyak keberuntungan. Seorang pembaca mengirim SMS kepada saya yang intinya; ‘’saya membeli novel Ipung karena ada komentar Habiburrahman di dalamnya’’. Mestinya saya tersinggung. Tetapi sepanjang novel saya dibeli ya sudah, saya rela saja. Saya tidak menghargai ketersingungan ini terlalu tinggi sepanjang novel saya jadi laku karenanya.

Tetapi kedekatan dengan Habib itu ternyata tidak cuma mendatangkan keberuntungan melainkan juga kejengkelan. Lumayan jika ia mengirim SMS dengan pujian untuk Habib sambil membeli buku saya. Pengirim SMS dan penelpon berikutnya adalah daftar yang sama sekali sepihak: ia melulu hanya untuk Habib dan saya sekadar tempat lewat belaka.

‘’Anda kenal Kang Abik, tolong sampaikan kritik sekaligus pujian saya’’ bunyi SMS satu.
‘’Tolong saya minta HP-nya’’ pinta yang lainnya.
‘’Saya ingin wawancara, bisa minta alamatnya?’’ bujuk yang lain lagi!
‘’Saya dari TV anu, ingin mengulas panjang lebar Aya-ayat Cinta. Kami baca di milis, ada nama Anda sebagai sahabatnya. Bisa Bantu saya?’’ pinta yang lainnya lagi.
‘’Kalau ngundang Kang Abik berapa honornya. Apa Anda bisa jadi perantara?’’
‘’Tolong ulangi kirim nomor yang tadi. Ketikan Anda tampaknya kurang satu digit!’’
‘’Saya kecewa dengan film Ayat-Ayat Cinta. Tak sebagus novelnya. Tolong sampaikan pengarangnya!’’
‘’Hallo Mas Prie GS, apa kabar? Saya produser non drama TV anu di Jakarta,’’ sapa seorang penelpon di ujung sana. Kebetulan inilah TV yang memiliki banyak hutang kesanggupan pada saya. Wajar jika saya berpikir, ooo inilah waktunya TV ini melunasi hutang-hutangnya yang lama. Benarkah? Tidak. Karena inilah kalimat berikutnya:
‘’Saya setengah mati mencari nomor penulis Ayat Ayat Cinta. Nomor yang saya punya tak bisa dihubungi. Saya pikir Andalah orang yang tepat membantu saya,’’ katanya. Hahaha… sialan!

Itulah sebagian SMS dan telepon yang masuk ke HP saya. Anda tahu, saya juga penulis. Anda tahu tak ada penulis yang tidak ingin sukses. Punya buku laris, kemudian difilmkan dan meledak pula. Maka bisa Anda bayangkan betapa seluruh telepon dan SMS itu pasti tak lebih cuma mengundang kecemburuan saya belaka. Betapapun saya dan Kang Abik itu sudah seperti saudara, tetapi tak ada jaminan
bahwa saya sudah terbebas dari rasa iri atas keberhasilannya. Apalagi menyangkut soal kesuksesan, seragam belaka reaksi manusa kepadanya. Tak peduli orang dekat atau orang jauh, sukses dan kebahagiaan rawan memancing kecemburuan. Saya pasti bukan perkecualian. Kepada siapa saja yang jauh lebih sukses, saya menyampaian iri hati saya secara terbuka.

Saya tidak malu punya penyakit iri , asal ia tidak berkembang menjadi jahat, itu saja. Maka saya gembira sekali ketika meskipun iri, saya tetap memutuskan melayani para penelpon dan pengirim SMS ini sekuat yang saya bisa. Ada perasaan gembira ketika saya sanggup melakukannya. Semakin berat sebuah tekanan, ternyata semakin memunculkan perasaan berharga ketika saya sanggup mengatasinya. Maka jika ada jenis iri hati yang mendatangkan kegembiraan, saya jadi siap iri berkali-kali.

--Prie GS

Monday, March 24, 2008

Teladan Rumah Tangga Rasulullah SAW

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.. (QS. Al-Ahzab (33): 21)

Ketika kita menempuh bahtera rumah tangga, ketika kita sedang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, kita dianjurkan untuk menengok kembali kecintaan kita kepada keluarga Nabi. Dalam memperkuat kecintaan kita kepada keluarga Nabi di dalam mengayuh bahtera keluarga, kita diwajibkan mencontoh perilaku kehidupan keluarga Rasulullah, baik perilaku terhadap istri maupun anak.Dalam memperlakukan istrinya, Rasulullah senantiasa menghormati dan menjaga perasaan istrinya melebihi suami-suami yang lainnya.

Suatu saat, ketika Rasulullah hendak melaksanakan salat malam, beliau dekati istrinya Aisyah. Aisyah berkata: "Di tengah malam beliau mendekatiku dan ketika kulitnya bersentuhan dengan kulitku, beliau berbisik, 'Wahai Aisyah, izinkan aku untuk beribadat kepada Robb-ku'." Kita bayangkan betapa besar penghormatan Rasul kepada istrinya sampai ketika beliau hendak melakukan salat malam, beliau terlebih dahulu meminta izin kepada istrinya pada tengah malam, di saat istrinya membutuhkannya. Dalam permintaan izin Rasulullah itulah, tergambar kecintaan dan penghormatan terhadap istrinya.

Nabi adalah sosok yang sangat sabar dalam memperlakukan istrinya. Hal ini terlihat ketika suatu hari ada salah seorang istri-nya datang dengan membawa makanan untuk dikirim kepada Rasulullah yang sedang tinggal di rumah Aisyah. Aisyah dengan sengaja menjatuhkan kiriman makanan itu hingga piringnya pecah dan makanannya jatuh berserakan. Rasulullah hanya mengatakan: "Wahai Aisyah, kifaratnya adalah mengganti makanan itu dengan makanan yang sama."

Rasulullah mengecam suami yang suka memukuli istrinya. Rasulullah berkata: "Aku heran melihat suami yang menyiksa istrinya, padahal dia lebih patut disiksa oleh Allah."

Nabi pun mengecam suami yang menghinakan istrinya, tidak menghargainya, tidak mengajaknya bicara, dan tidak mempertimbangkan istrinya dalam mengambil keputusan. Nabi bersabda, "Tidak akan pernah memuliakan wanita kecuali lelaki yang mulia dan tidak akan pernah menghinakan wanita kecuali lelaki yang hina." Karena itu, marilah kita berusaha menjadi suami yang mulia yang menempatkan istri pada tempat yang mulia.

Dalam Islam, salah satu ibadat yang paling besar nilainya adalah berkhidmat kepada istri. Rasulullah bersabda "Duduknya seorang lelaki dengan istrinya kemudian membahagiakannya, pahalanya sama dengan orang yang itikaf di mesjidku." Kita dapat saksikan, kita akan memperoleh pahala yang sama seperti orang yang itikaf di Mesjid Nabawi kalau kita duduk bersama istri dan berusaha membahagiakan, memberikan ketenteraman, dan kenyamanan padanya.

Begitu pula bagi para istri. Mereka harus menjadi seorang istri seperti Khadijah al-Kubra. Khadijah adalah sosok istri yang sangat dicintai oleh suaminya. Selama menikah dengannya, Rasulullah tidak pernah memikirkan wanita lain di samping Khadijah. Rasulullah hidup dalam suasana yang penuh dengan kecintaan dan kasih sayang.

Cinta kasih Nabi terhadap Khadijah tergambar dalam riwayat berikut ini: Setelah Khadijah meninggal dunia, Rasulullah menikah dengan Aisyah. Suatu hari, Rasulullah sedang berada di depan rumah. Tiba-tiba Rasulullah meninggalkan Aisyah, menghampiri seorang perempuan. Rasulullah memanggilnya dan menyuruh perempuan itu duduk di hadapannya kemudian mengajaknya bicara. Aisyah bertanya, "Siapakah perempuan tua ini?" Rasul menjawab, "Inilah sahabat Khadijah dulu." Lalu Aisyah berkata, "Engkau sebut-sebut juga Khadijah, padahal Allah telah menggantikannya dengan istri yang lebih baik."

Ketika itu "marah" lah Rasul, lalu beliau berkata, "Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan Khadijah. Dialah yang memberikan kepadaku kebahagiaan ketika orang mencelakakanku. Dialah yang menghiburku dalam penderitaan ketika semua orang membenciku. Dialah yang memberikan seluruh hartanya kepadaku ketika semua orang menahan pemberiannya. Dan dialah yang menganugerahkan kepadaku anak ketika istri-istri yang lain tidak memberikannya." Mendengar itu Aisyah tidak dapat memberikan jawaban. Hadits ini diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

Dalam ucapan Rasulullah itu, selain terkandung kecintaan Rasul terhadap Khadijah, juga terkandung kebaktian Khadijah terhadap suaminya. Khadijahlah yang menghibur suaminya ketika dalam perjuangan dilanda berbagai penderitaan. Khadijahlah yang mengorbankan seluruh hartanya ketika suaminya memerlukan. Khadijahlah yang mendampingi suaminya dalam suka dan duka. Sehingga, Rasul berkata, "Tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan Khadijah."

Kepada para istri, jadilah seperti Khadijah yang setiap saat rela mengorbankan apa pun demi kebahagiaan suami. Yang di saat-saat suami ditimpa duka dan kesusahan siap berdiri di sampingnya, memberikan hiburan dan kebahagiaan kepadanya dengan seluruh jiwa dan raga.

Kebaktian pada suami di dalam Islam dianggap ibadah yang utama. Oleh sebab itu, hormatilah suami. Berikan kepadanya penghormatan yang sepenuhnya dan berikanlah kecintaan yang sepenuhnya. Insya Allah, Allah akan memberkati keluarga yang seperti demikian. (UJR-Fikri Yatir)

Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana - Semoga bermanfaat

Tuesday, March 18, 2008

Refleksi Prie GS 17/03/08

Suatu Hari Ketika Ayat-Ayat Cinta Ngetop Sekali (1)

Mumpung novel dan film Ayat-Ayat Cinta sedang menjadi fenomena, izinkan saya numpang terkenal. Bukan karena dua nama di balik proyek ini ada adalah orang yang dekat dengan hidup saya, melainkan karena sebuah kerepotan yang amat menganggu saya, sejak novel ini terkenal. Sebelum kerepotan itu lebih jauh saya bicarakan, baiklah saya ceritakan lebih dahulu siapa dua orang penting itu.

Pertama adalah Habiburrahman Al Shirazy, sang penulis dan kedua adalah Anif Sirsaeba, adik Habib. Anif adalah nama yang amat berjasa membawa novel kakaknya itu ke sana kemari, menawarkananya ke sana kemari, mencari endorsement ke sana-kemari, bernegosiasi ke sana kemari, sehingga Ayat-Ayat Cinta menjadi sebesar ini. Bentuk fisiknya memang tak seberapa. Orang malah cenderung salah sangka
jika ketemu Anif untuk kali pertama. Tetapi dengarkan kalau ia sudah ngomong,seluruh anggota tubuhnya akan bergerak sedemikian rupa. Matanya akan melotot dan kalau perlu ludahnya akan muncrat kesana-kemari. Ia adalah negosiator ulung. Jangan coba-coba membuat negosiasi penting dengan Habib tanpa izin adiknya. Ini bisa membuatnya marah. Semula dia adalah mahasiswa yang sering mendengar ceramah jurnalistik saya di kampusnya. Sebagai pendengar ia sering mencari perhatian saya dengan menjual keangkuhannya. Tapi ia belum tahu bahwa yang ia hadapi ini adalah Prie GS yang juga memiliki keangkuhan yang sama. Akhirnya orang yang sama-sama angkuh capek sendiri dan memutuskan menjadi kakak dan adik saja. Saya kakaknya, dia adik angkat saya. Jadi betapapun saya lebih tua darinya. Maka kalaupun lebih pintar, ia harus punya tertip menghormati saya. Apa boleh buat!

Pernah dua orang ini Habib dan Anif, diundang ke Jakarta oleh sebuah PH yang tertarik utnuk menggarap proyek Ayat-Ayat Cinta. Diundang, tetapi menurut Anif tidak diperlakukan semestinya. Diminta menunggu terlalu lama. Diangap sebagai orang desa yang amat butuh pekerjaan. Anif mestinya sudah jagoan menangani keadaan ini, tetapi dari Jakarta ia memerlukan menelpon saya. ‘’Apa yang harus saya lakukan?’’ tanyanya. ‘’Keluar dari ruangan itu. Segera! Kalau perlu tanpa pamit!’’ kata saya. ‘’Kamu ini orang miskin. Jadi jangan mau dihina. Jangan miskin dua kali!’’ tambah saya. Dan ia setuju dengan nasihat ini. Ya, dari awal, kami memang orang-orang yang mendidik diri sendiri untuk kuat di hadapan kemiskinan. Kami menjalaninya dengan gembira. Kepada orang-orang yang menghina dan meremehkan kemiskinan, kami ganti akan memandang mereka dengan sebelah mata. Agak pendendam memang. Tapi teknik ini pasti ini adalah usaha yang cerdas untuk melawan tekanan.

Lewat Anif inilah Novel Ayat-Ayat Cinta cetakan pertama dibawa ke rumah dan saya membacanya. Dalam soal menulis, saya merasa tidak kalah hebat dari Habib, maka jika bicara soal teori sastra, saya bisa lebih berbusa-busa dari Habib. Jadi saya tidak tertarik membicarakan novel Habib itu dari sudut kesusastraan. Tetapi novel ini rampung saya baca dan di beberapa bagian saya terharu dibuatnya.

Kesimpulan saya sederhana; inilah buku yang ditulis dengan ketulusan. Tumpah begitu saja. ‘’Kakakmu ini Hamka kecil,’’ gumam saya saat itu. Cuma berguma memang. Tetapi kalimat itulah yang kini ada sebagai endorsement di novel Ayat-ayat Cinta cetakan berikutnya.

Waktu itu saya benar-benar berguman karena secara disiplin bercerita, bahkan sastrawan sebesar Hamka saya anggap begitu begitu saja. Saya merasa lebih bisa mengarang-ngarang plot yang dramatik, kalimat-kalimat yang kenes dan diksi yang gaya. Tetapi Hamka tidak. Ia lurus saja seperti layaknya gaya orang tua. Tetapi membaca novelnya, air mata saya bisa berleleran. Habib di mata saya, memiliki konteks seperti ini. Oo, ternyata ada yang lebih tua umurnya dari apa yang saya
pahami sebagai sastra itu. Ada sesuatu yang lebih bertenaga dari sekadar teori sastra. Untuk sementara saya ingin menyebutnya sebagai jiwa yang menyeluruh. Tak peduli apapun kata-katamu, jalau jiwamu tumpah seluruh, ia akan menjadi gelombang yang luar biasa, pikirku. Tetapi aku tidak cukup puas dengan kata-kata sendiri ini. Aku membutuhkan seorang seperti Ignas Kleden untuk mau
menjelaskan kepada khalayak dengan bahasa yang lebih sekolahan. Ignas adalah manusia sekolahan yang saya kagumi. Ia punya hutang pada saya untuk kejelasan ini.

Oya, saya masih akan berceirta tentang Habib dan Anif, tetapi terpaksa harus bersambung di kolom berikutnya. Tunggu saja!

--Prie GS

Tuesday, March 11, 2008

Ketika Itulah Rasulullah saw menangis

For all my friend, this is a little tausyiah for this week....... please have a nice read....

Ketika Itulah Rasulullah saw menangis


PADA suatu hari Rasulullah SAW datang ke masjid Bani Zhafar bersama Abdullah bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, dan sahabat lain. Dia perintahkan Ibnu Mas'ud membaca Alquran.

"Apakah aku harus membacakan padamu Alquran, padahal Alquran itu diturunkan kepadamu?" tanya Ibnu Mas'ud.
"Benar, tetapi aku ingin mendengarkan dari orang lain," sabda Nabi.

Ibnu Mas'ud mulai bacaannya dari surat an-Nisa. Ketika sampai kepada ayat 41: "Maka bagaimana sekiranya Kami datangkan seorang saksi dari setiap umat dan Kami datangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu."

Ibnu Mas'ud mengangkat kepala dan melihat Rasulullah terisak-isak menangis, sehingga berguncang janggutnya. Air matanya membasahi pipi.

Terdengar Nabi bergumam, "Benar, Tuhanku. Aku bersaksi untuk mereka yang berada di tengah-tengahku sekarang. Bagaimana aku harus bersaksi dengan mereka yang tidak aku saksikan?"

Riwayat di atas saya kutip dari buku Indaidzin 'Bakaa al-Nabi SAW (Pada Saat Itulah Nabi Menangis) tulisan Abu Abd al-Rahman Khalid.
Nabi menangis ketika mendengarkan bacaan Alquran. Nabi melanjutkan tradisi para Nabi sebelumnya dan mencontohkan kebiasaan orang saleh sepanjang sejarah manusia. Tradisi orang-orang yang Allah anugerahkan kepada mereka kebahagiaan. Orang-orang yang Allah anugerahkan kepada mereka kenikmatan, yakni para Nabi dari keturunan Adam, dan dari antara orang-orang yang Kami bawa bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan di antara orang-orang yang Kami tunjuki dan Kami pilih. (Tanda mereka itu) ialah apabila dibacakan ayat-ayat Yang Mahakasih mereka merebahkan diri, bersujud, sambil menangis. (Maryam: 58).

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Q.S Maryam: 58).

Ibnu Katsir menerangkan tafsir ayat di atas, "Yakni, apabila mereka mendengarkan firman Tuhan yang mengandung hujah-hujahNya, dalil-dalil-Nya, dan bukti-bukti-Nya, mereka bersujud kepada Tuhan dengan penuh kerendahan hati seraya memuji-Nya dan mensyukuri anugerah Tuhan yang agung pada mereka."

Kata bukiy dalam ayat ini artinya bentuk jamak dari baaki yang artinya orang menangis. Karena itu, para ulama ijmak tentang disyariatkannya bersujud ketika sampai pada ayat ini, mengambil contoh dan mengikuti tradisi orang-orang saleh itu. (Tafsir Ibn Katsir 3:131).

Pada suatu kesempatan Nabi SAW membacakan ayat-ayat yang memuji rahib Nasrani. Pujian Alquran untuk para rahib itu begitu indah sehingga sahabat bingung dan mempertanyakan kenapa Islam tidak menyuruh umatnya jadi rahib saja.

Nabi SAW membacakan ayat-ayat itu bukan untuk merahibkan kita, tetapi untuk meniru perilaku mereka. Apa perilaku mereka?

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah: 82-83 :
82.Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.
83. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.). (Q.S.Al-Maidah: 82-83).

Di antara perilaku rahib yang harus kita tiru adalah kamu lihat mereka mencurahkan air mata ketika mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (dalam hal ini Alquran). Nabi SAW menangis ketika Alquran dibacakan kepadanya, padahal kepadanya Alquran diturunkan. Para rahib menangis ketika mendengar Alquran, padahal itu bukan kitab yang diturunkan kepada Nabi mereka.

Lebih 1.000 tahun setelah Alquran turun, Jeffry Lang, profesor matematika di AS mencari agama dengan sikap kritis. Dia bertemu dengan Alquran dan takjub dengan jawaban Alquran atas pertanyaannya. Di hadapan Tuhan, ketika dia salat pertama kali, waktu membaca Al-Fatihah, dia menangis terisak-isak. Muallaf baru ini ternyata lebih dekat dengan contoh para Nabi ketimbang kita.

Apa yang harus kita lakukan supaya bisa membaca Alquran seperti Lang? Muhammad Iqbal, filsuf Islam dari anak benua India, menjawab dengan kisah hidupnya. Pada waktu kecil, dia suka membaca Alquran bakda subuh. Ayahnya selalu menganggap dia belum membaca Alquran.

Ketika dia bertanya, ayahnya berkata, "Bacalah Alquran seakan-akan dia diturunkan untuk kamu!" Supaya Anda bisa menangis, masukkan ke hatimu bahwa Tuhan sedang menyapa kamu, berdialog dengan kamu, dan menjawab semua pertanyaan kamu.

Wallaahu a'lamu bishshawaab.
(KH Jalaluddin Rakhmat)

Tuesday, March 04, 2008

Refleksi Prie GS 04/03/2008

Selimut dalam Tidurku

Dinihari ketika udara dingin sekali. Sudah saatnya bangun pagi, tetapi tidur masih enak sekali. Jangankan memaksa bangun, untuk bergerak saja rasanya sayang sekali. Khawatir kualitas tidur yang sedang enak-enaknya rusak seketika. Sebenarnya aku tidak benar-benar tidur karena kesadaran sudah separoh jaga. Tetapi juga bukan benar-benar terbangun karena kantuk masih begitu hebatnya. Inilah yang menjengkelkan dari tidur,kenyenyakannya justru suka datang di jam-jam ketika kita harus bangun dan bekerja.

Begitulah pagiku saat itu. Sudah saatnya bangun mestinya tetapi kantuk masih menggoda. Sekali lagi; jangankan bangun, bahkan untuk menarik selimut pun, butuh kemauan ekstra. Sekali waktu untuk sekali tarikan tak apa-apa, tetapi jika telah berkali-kali ditarik, selimut ini belum rapat juga, kacau jadinya. Lebih baik menyerah pada kantuk, walau masih ada sisa tubuh yang terbuka daripada seluruh tidur rusak semua. Sisa tubuh itu bisa cuma ujung dengkul, bisa cuma ujung kaki, atau sekadar tengkuk, tetapi astaga, itulah lubang-lubang angin , yang membuat tidur dahsyat ini tak berjalan sempurna. Lubang angin itu terasa seperti teror yang mengejek senantiasa, tetapi entah kenapa aku tak berdaya mencegahnya. Apalagi aku amat gemar berselimit sarung. Dan inilah watak sarung itu; ditarik di sini merosot di sana. Nutup di sana bolong di sini. Menjengkelkan sekali.

Tidur yang begini kemudian menjadi penuh paradoks: ia terlalu nyenyak untuk dibuat bangun, tetapi terlalu terganggu untuk dibuat nyenyak. Sebetulnya butuh langkah sederhana untuk mengatasinya, tinggal bangun, menata diri, lalu tidur lagi. Tetapi siapa bilang langkah ini sederhana. Karena jika aku sudah mampu terbangun, tidur nyenyak itu pasti sudah tak ada. Itulah misteri tidur, ia tak bisa bangun di tengah jalan. Itulah kenapa seorang yang dibangunkan paksa bisa marah sekali. Jika pun ia bis menahan marah, tubuhnya suka gagal menahan gelisah. Itulah kenapa Rockefeller meminta siapa saja tak menganggu tidurnya meskipun ia presiden Amerika.

Maka kuteruskan tidur konyolku itu. Tidur nyenyak sambil jengkel karena lubang angin masih menyembur di kakiku. Tetapi pada saat itulah berkah Tuhan datang, istriku yang telah terbangun tampaknya melihat posisi tubuh suaminya yang payah.
Centang perenang sedemikian rupa sehinga sang selimut itu tak memadai. Ditatanya selimut itu pelan sekali khawatir aku terjaga, hingga kehangatanku merata. Ia menyangka aku sedang amat terlena. Padahal ia salah sangka. Aku mengerti seluruh ekspresinya, gerakan tangannya, sikap hati-hatinya. Ia hendak menjaga suaminya seperti tengah melindungi seorang anak-anaknya. Amboi, betapa aku tega menipunya!

Sebetulnya sambil sok terlena, aku sudah sangat ingin tertawa. Istriku sedang
terpedaya dengan kenyenyakanku yang semu itu. Bahkan sambil nyenyak begitu,
diam-diam aku tegang dan berdoa, agar ia mau menata selimutku. Kenapa tegang?
Karena doa semacam ini tidak mudah dikalbulkan. Alasannya objektif saja. Pertama hari memang sudah pagi. Tidak pantas jika orang tua tidak mendahului
anak-anaknya bangun pagi. Tidak pantas membiarkan istri sendirian berkutat dengan tumpukan tugas pagi, sementara aku pura-pura tidak mengerti. Istri yang cerdas, pasti akan pura-pura menarik selimut itu tanpa sengaja sehingga kedinginan akan menghajar sekujur tubuh suaminya. Dengan begitu ia akan gagal melanjutkan tidur salah waktunya dan bisa membantu kerepotannya. Tetapi tidak. Doaku ternyata dikabulkan. Istriku merapatkan selimut itu ke seluruh tubuhku. Sejak itu kualitas kemalasanku menjadi amat sempurna.

Cuma satu tarikan selimut, aku merasa amat menikmati kemanjaan yang belum kurasa sebelumnya. Memang cuma satu tarikan. Tetapi di dalam garis penarik itu memuat sekali titik-titik yang lengkap isinya. Ada pemberian tanpa butuh balasan, ada tindakan saling melindungi dan memanjakan, ada kerelaan membiarkan pihak lain menikmati rezeki walau itu cuma berupa kenyenyakan. Sejak saat itu, aku
bergairah sekali mencari orang-orang yang tertidur di sebelahku untuk kubenahi
selimutnya. Walau mungkin orang-orang itu tidak sedang benar-benar tertidur,
sehingga mengerti perbuatanku. Tapi apa peduliku, kami bisa pura-pura untuk tidak saling tahu. Tak apa saling berpura pura jika hasilnya, adalah kebahagiaan
bersama yang begitu jelasnya.

Prie GS

Wednesday, February 27, 2008

Ingin Khusyuk? Hindari yang Haram!

When I googling to find KH. Anwar Sanusi contact address, I found interesting article from him..... I think, this article should be share to you...

KH Anwar Sanusi:
Ingin Khusyuk? Hindari yang Haram!

Hadis Rasulullah SAW yang berbunyi, ''Shalluu kamaa ra-aytummuni ushalli (shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku melakukan shalat).'' Sayang, pengertian dari hadis tersebut baru sebatas wilayah fikih saja. Karena berbagai alasan, shalat acapkali hanya sekadar pelepas kewajiban belaka.

''Padahal shalatnya nabi itu adalah shalat yang bersih dari kedengkian, shalat untuk mengaplikasikan dalam hidup, shalat untuk menciptakan ukhkhuwwah, shalat untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah, red),'' kata Pimpinan Pondok Pesantren Modern Lembah Arafah Cisarua, Bogor, KH Anwar Sanusi.

Kepada Damanhuri Zuhri dari Republika, kiai yang aktif memberi ceramah agama di layar televisi ini mengingatkan pentingnya pemahaman shalat untuk mencapai kekhusyukan. Berikut ini petikannya:
Menurut definisi Anda, apa yang dimaksud dengan shalat khusyuk?

Khusyuk artinya tertuju, tidak terpecah-pecah. Kalau khusyuk dalam shalat artinya tujuan hidup kita setelah shalat itu hanyalah untuk Allah. Itu sebabnya waktu shalat apa yang kita praktekkan nanti dibaca dalam shalat. Dan Allah menyaksikan. Shalat itu kan apel rutin kita kepada Allah. Konsekuensi kita kepada Islam adalah taslim (penyerahan, red), ya pada waktu shalat itu. Makanya kalau setelah shalat tidak mengamalkan apa yang kita baca berarti shalat apa itu?

Khusyuk dan tidaknya shalat, berada pada wilayah sufi. Bahwa shalat itu ada para wilayah fikih, iya, tapi dia juga masuk dalam wilayah tasawuf. Kalau yang fikihnya saja benar, tapi yang sebelahnya tidak benar, maka shalatnya benar tapi tidak khusyuk. Kalau tasawufnya benar, tapi secara fikih tidak benar, maka shalatnya khusyuk tapi tidak benar. Jadi kedua-duanya harus benar, kedua-duanya harus terpenuhi.

Mengapa khusyuk menjadi sangat penting dalam pelaksanaan rukun Islam kedua ini?

Aplikasi seseorang bisa dilihat dari shalat. Nabi Muhammad SAW berkata, banyak orang shalat sebenarnya dia tidak shalat. Arti hadisnya, ''Akan datang satu zaman pada umatku seorang muadzdzin yang mengumandangkan adzan dari dalam masjid mereka datang ke masjid buat shalat berjamaah, takbirnya, iftitah-nya, Fatihah-nya, rukunya, sujudnya, dan shalatnya sama, tapi di hadapan Allah umatku yang shalat ke masjid itu tidak satu pun sebagai hamba yang disebut pantas beriman kepadaku.'' Kenapa demikian? Memang selama ini kita melihat orang yang shalat itu adalah orang yang beriman. Jawabannya ada pada Alquran Surat Al Mukminun dari ayat 1 dan 2: ''Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam sembahyangnya.'' Aplikasinya, selesai shalat diamalkan apa yang dibaca dalam shalat.

Sekarang saya mau tanya: berapa banyak umat Islam yang shalat, waktu shalat takbirnya keras tapi selesai shalat takaburnya juga keras? Berapa banyak umat Islam yang shalat berjamaah di masjid shaf-nya rata tapi sesudah keluar masjid kemudian bercerai berai bahkan saling fitnah? Artinya, dia belum shalat kalau begitu.

Kedua, orang-orang yang tidak senang berkata sia-sia. Berapa banyak para pejabat sekarang yang shalatnya rajin tapi maksiat jalan terus. Ketiga, orang yang selalu menjaga tubuhnya agar selalu bersih dengan menunaikan zakat. Tapi, berapa banyak umat Islam sekarang waktu shalat dia sebagai Muslim tapi ketika menjadi pegawai, dia menjadi Yahudi?

Keempat, orang-orang yang pandai menjaga kehormatannya. Dalam ajaran Islam orang shalat tapi berzina, dia tidak punya iman. Jadi, tidak mungkin orang beriman, lalu shalat, kemudian melakukan zina. Nah, sekarang orang rata-rata shalat maupun shalat di Kabah mau membersihkan diri kemudian di Indonesia membuat dosa lagi. Buat membersihkan diri dia pergi umrah. Di Masjidil Haram, di depan Kabah menangis tersedu-sedu, begitu keluar Kabah balik ke kondisi semula.

Itu sebabnya, shalluu kamaa ra aytumuuni ushalli (shalatlah seperti kalian melihat aku melakukan shalat). Selama ini kita memperhatikan "jurus" fikihnya saja, 'shalat seperti aku shalat'. Padahal shalatnya nabi itu shalat yang bersih dari kedengkian, shalat untuk mengaplikasikan, shalat untuk menciptakan ukuwah, shalat untuk takarrub ilallah. Masalah-masalah ini yang tidak pernah dibahas.

Sisi fikihnya yang lebih diperhatikan ya?
Ya. Karena apa? Karena memang unsur pelajaran fikih sangat dominan pada saat belajar di waktu muda dulu. Jadi, agama itu kita anggap fikih. Padahal fikih itu ilmu sosial. Dalam hadis di atas, artinya segala aspek yang dilakukan itu mendatangkan kekhusyukan. Kita lihat para sahabat yang shalat di belakang Rasulullah. Andaikata mereka tertebas oleh pedang mereka tidak akan terasa karena sedang shalat. Ali bin Abi Thalib pernah terpanah tangannya oleh orang kafir. Ali meraung-raung karena panah orang kafir itu memang sakit. Kata Umar bin Khaththab supaya tidak sakit panahnya kita cabut waktu Ali sedang shalat.

Bagaimana caranya agar shalat kita menjadi khusyuk?
Di atas segalanya, untuk mendapatkan shalat yang khusyuk, pertama darah dan daging kita tidak boleh terkontaminasi barang haram. Kalau sudah bicara masalah makanan haram, daging yang kita makan haram, minuman yang kita minum haram, lalu shalat menghadap kepada Allah, bagaimana bisa sesuatu yang haram menghadap kepada zat yang Mahasuci? Itu yang menyebabkan shalat kita selama ini tidak pernah khusyuk. Kenapa para ulama yang rezekinya sederhana shalatnya khusyuk? Kenapa para pejabat yang banyak hartanya tidak khusyuk dalam shalat? Mari kita muhasabah.